Sabtu, 24 Maret 2012

Aplikasi percobaan Mekanika Terpakai



1. Pelumasan Percik Pada Motor Bakar Torak Putaran Tinggi (Bantalan Luncur)
            Motor pada kendaraan mempunyai banyak bagian yang saling berhubungan dengan gerakan yang saling bergesekan. Apabila dua permukaan yang berhubungan saling bersentuhan dan bergerak saling bergesekan sehingga diperlukan adanya pelumasan seperti pelumasan percik.
            Pelumasan percik adalah suatu system pelumasan yang digunakan untuk melumasi bagian dalam mesin dengan cara pelumas dipercikkan oleh ujung poros engkol yang berputar. System pelumasan percik ini digunakan pada motor bakar torak berputaran tinggi, dimana oli pelumas ditempatkan pada tempat oli yang dipasang di bagian dasar atau posisi paling bawah dari ruang mesin penggerak (poros  penggerak).
                       Waktu poros engkol dari mesin itu berputar ujung besar dari poros batang tercelup oli di dasar ruang mesin dan menyiramkan oli keseluruh bagian mesin. Kadang-kadang pada ujung besar dari poros batang torak terdapak penggaruk oli yang berfungsi membantu pengambilan oli dan pelumas dipercikkan kebagian mesin yang bergerak dengan kombinasi pemancaran atau percik.             
          Semakin besar putaran poros maka proses terjadinya pelumasan semakin cepat oleh karena kinerja ujung poros engkol yang tercelup ke oli semakin cepat sehingga menyebabkan oli yang dipercikkan akan cepat beroperasi membantu mengurangi terjadinya gesekan antara torak dan silinder. Apabila poros yang berputar tercelup semua maka kinerja poros akan berkurang karena adanya viskositas pelumas yang mempengaruhi kinerja poros.
                                                                           http://www.google.com

2. Pengaruh kecepatan Terhadap Keseimbangan (Balance Massa)
Suatu sistem bobot berputar secara teoritis dapat diseimbangkan secara lengkap melalui penambahan dua bobot penyeimbang, masing-masing satu bobot ada dua bidang acuan. Meskipun pengamatan dilakukan dalam analisa matematis untuk komponen yang dirakit seperti rotor dari sebuah motor listrik, tetapi dalam kejadian yang umum bahwa suku cadang berjalan dengan tidak terlalu mulus jika beroperasi dengan kecepatan tinggi.
Jadi disini dapat dikatakan bahwa keseimbangan massa berputar akan berkurang jika berada pada dalam kecepatan  yang tinggi hal ini disebabkan oleh besarnya gaya yang terjadi akibat dari gaya yang diberikan untuk memutar massa itu. Keseimbangan terjadi karena sistem dari massa berputar ini sudah tidak mampu menahan gaya yang diberikan  atau putaran yang diberikan. Atau dengan kata lain kecepatan putaran itu sudah melampaui batas kemampuan dari massa itu untuk mempertahankan keseimbangannya.
Jadi untuk menyeimbangkan secara keseluruhan atau sebagian gaya-gaya inersia dalam sebuah sistem dengan mengetengahkan gaya-gaya inersia tambahan akan membantu melawan efek gaya-gaya inersia semula.
                                                                                       http://www.google.com
3. PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN
Perencanaan struktur jembatan yang ekonomis dan memenuhi syarat teknis ditinjau dari segi keamanan serta rencana penggunaannya, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diupayakan.
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut beberapa hal antara lain :
1. Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun
lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume
lalu lintas.
3. Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai
dan perilakunya.
4. Pemilihan jenis struktur dan bahan konstruksi jembatan yang sesuai
dengan kondisi medan, ketersediaan material dan sumber daya
manusia yang ada.
5. Penguasaan tentang teknologi perencanaan, metode pelaksanaan,
peralatan, material/ bahan mutlak dibutuhkan dalam perencanaan
jembatan.
6. Analisis Struktur yang akurat dengan metode analisis yang tepat
agar diperoleh hasil perencanaan jembatan yang optimal.

Metode perencanaan struktur jembatan yang digunakan ada dua macam, yaitu Metode perencanaan ultimit (Load Resistant Factor Design, LRFD) dan Metode perencanaan tegangan ijin (Allowable Stress Design, ASD). Perhitungan struktur atas jembatan umumnya dilakukan dengan metode ultimit dengan pemilihan faktor beban ultimit sesuai peraturan yang berlaku. Metode perencanaan tegangan ijin dengan beban kerja umumnya digunakan untuk perhitungan struktur bawah jembatan (fondasi). Untuk tipe jembatan simple girder, perhitungan dapat dilakukan secara manual dengan Excel. Untuk tipe jembatan yang berupa rangka, perhitungan struktur dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (finite element) untuk berbagai kombinasi pembebanan yg meliputi berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan (beban lajur, rem, pedestrian), dan beban pengaruh lingkungan (temperatur, angin, gempa) dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier metode matriks kekakuan langsung (direct stiffness matriks) dengan deformasi struktur kecil dan material isotropic. Program komputer yang digunakan untuk analisis adalah SAP2000 V-11. Dalam program tersebut berat sendiri struktur dan massa struktur dihitung secara otomatis.
Dalam blog ini diberikan beberapa contoh perhitungan struktur jembatan beton prategang mulai dari struktur atas yang terdiri dari slab lantai jembatan dan girder prategang (prestressed concrete girder) sampai struktur bawah yang berupa abutment dan pier tipe dinding termasuk
 fondasinya. Perhitungan PCI-girder ini digunakan untuk perencanaan struktur Jembatan Srandakan II, Kulon Progo, D.I. Yogyakarta dan Jembatan Tebing Rumbih, Kalsel. Selain itu diberikan juga beberapa contoh perhitungan struktur atas sbb.
Prestressed Concrete Box Girder (Gejayan Fly Over, Yogyakarta).
Concrete I – Girder (Jembatan Ngawen, Gunung Kidul).
Concrete T – Girder (Jembatan Brantan, Kulon Progo).
Compossite Girder (Jembatan Bonjok, Kebumen, Jateng)
Untuk jembatan beton tipe busur (Concrete Arch Bridge) diberikan contoh perhitungan yang meliputi :
Jembatan Plat Lengkung (Jembatan Wanagama, D.I. Yogyakarta)
Jembatan Rangka Lengkung (Jembatan Sarjito II, Yogyakarta).
Contoh perhitungan struktur jembatan tipe plat untuk bentang pendek meliputi :
Underpass (Jombor Fly Over, Yogyakarta)
Box Culvert (Jembatan Kalibayem, Yogyakarta)
Selain perhitungan Pier tipe dinding, juga diberikan contoh perhitungan Pier tipe yang lain seperti :
Pier Tipe Kolom Tunggal (Gejayan Fly Over, Yogyakarta)
Pier Tipe Portal (Jembatan Boro, Purworejo, Jateng)
Description: Abutment dan Pier

Tidak ada komentar:

Posting Komentar